Judul Buku : Daun yang jatuh tak pernah membenci angin
Penulis : Tere Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Juni 2010
Halaman : 264
Kehidupan harus berlanjut ketika kau kehilangan semangat. Kehidupan ini seperti daun yangjatuh....biarkanlah angin yang menerbangkannya.
Maafkan aku ibu...karena jatuh cinta pada malaikat keluarga kita...Daun yang jatuh tak pernah membenci angin...dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.
Pernahkah kita takut menjalani kehidupan ? takut melihat kemasa depan, tak ingin melihat masa lalu? Jalani saja...optimis, hidup harus terus berjalan dalam bentuk apapun.
Seperti kisah gadis kecil bernama Tania. Sejak kecil ditinggal wafat Ayahnya karena sakit, kemudian hidup dijalanan bersama adiknya, tinggal di rumah kardus bersama Ibunya. Setiap hari mengamen untuk menyambung hidup keluarga.
Angin telah mengarahkan hidupnya. Saat Tania kesakitan karena tertusuk paku, saat itulah keajaiban dan malaikatnya datang. Seandainya Tania tidak tertusuk paku, mungkin tidak akan bertemu dengan malaikatnya yang dengan manisnya membalut luka di gadis kecil itu, karena berdarah tertusuk paku saat sedang mengamen di bis, seakan membalut pedih dihati si anak jalanan, yang kelak menyimpan sapu tangan tersebut seumur hidupnya. (see...penderitaanpun kadang membawa kebahagiaan :p). Sosok malaikat itu telah mengubah hidup Tania dan Dede, memberikan masa depan yang jauh-jauh lebih baik daripada apa yang mereka bayangkan di bawah terik mentari dan kepulan asap dan rumah berdinding kardus. Usia anak itu 10 tahun, terpaut beberapa belas tahun dari sang penolong hidup gadis cilik.
Gadis itu bernama Tania. Sejak malaikat itu muncul dalam hidupnya,Tania selalu menunggu
kedatangan malaikatnya di depan rumah, berdandan rapi setiap sore. Danar selalu
mengunjungi keluarga Tania, membantunya, merawat ibunya, membiayai hidup
keluarga Tania, bahkan membiayai sekolah Tania dan adiknya. Keajaiban
ini membuat ibu tampak sehat...mulai bersemangat dan optimis menghadapi
hidup, berjualan kue, dan mulai mengontrak kamar yang layak. Kehidupan mereka mulai lebih baik karena sang ibu
sudah bekerja membuat kue dengan pinjaman modal dari laki-laki itu.
Namun kebahagiaan mereka tak lama, Hidup lengkap dengan pasang surutnya. Ibu mendadak sakit n kritis, kanker paru stadium IV. Akhirnya sang Ibu meninggalkan dua bocah itu dalam kebingungan, tak bisa Tania dan adiknya membayangkan hidup tanpa Ibu:( namun sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, sang ibu berpesan kepada Tania, agar jangan pernah menangis.....apapun yang terjadi, KECUALI AIR MATA ITU UNTUK SANG MALAIKAT.....Tania hanya menatap ibunya dengan sedih dan bingung. Tania dan Dede resmi menjadi yatim piatu. tapi disana ada malaikat mereka. Menjaga mereka, memastikan kehidupan mereka terus berlanjut. Tulus mendampingi mereka. Disinilah kembali laki-laki itu menjelma menjadi malaikat bagi Tania dan Dede. Sepeninggal ibunya, Tania dan Dede diboyong ke kontrakannya.
Namun kebahagiaan mereka tak lama, Hidup lengkap dengan pasang surutnya. Ibu mendadak sakit n kritis, kanker paru stadium IV. Akhirnya sang Ibu meninggalkan dua bocah itu dalam kebingungan, tak bisa Tania dan adiknya membayangkan hidup tanpa Ibu:( namun sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, sang ibu berpesan kepada Tania, agar jangan pernah menangis.....apapun yang terjadi, KECUALI AIR MATA ITU UNTUK SANG MALAIKAT.....Tania hanya menatap ibunya dengan sedih dan bingung. Tania dan Dede resmi menjadi yatim piatu. tapi disana ada malaikat mereka. Menjaga mereka, memastikan kehidupan mereka terus berlanjut. Tulus mendampingi mereka. Disinilah kembali laki-laki itu menjelma menjadi malaikat bagi Tania dan Dede. Sepeninggal ibunya, Tania dan Dede diboyong ke kontrakannya.
“Daun yang jatuh tak
pernah membenci angin…”
"Ibu akan datang seperti saat membangunkan kalian pagi-pagi untuk bersiap berangkat sekolah, tetapi sebelum waktunya tiba, esok pagi kita harus pulang ke rumah malam ini, tidur yang nyenyak, esok pagi bangun melanjutkan kehidupan, suatu hari nanti kita akan bertemu lagi dengan ibu, dia pasti menjemput"
"Ibu akan datang seperti saat membangunkan kalian pagi-pagi untuk bersiap berangkat sekolah, tetapi sebelum waktunya tiba, esok pagi kita harus pulang ke rumah malam ini, tidur yang nyenyak, esok pagi bangun melanjutkan kehidupan, suatu hari nanti kita akan bertemu lagi dengan ibu, dia pasti menjemput"
Itulah yang dikatakan
laki-laki itu ketika sang ibu meninggal dunia kepada Tania dan Dede.
Danar, namanya, seorang pria muda sukses yang mendadak datang ke kehidupan sengsara keluarga kecil itu. Pria itu menyelamatkan kehidupan Tania berserta Dede, menyekolahkan mereka, mengajarkan mereka banyak hal, membesarkan mereka, menguatkan mereka ketika ibu mereka dipanggil menghadap Tuhan. Pria itu jugalah yang menjadi pusat kehidupan Tania. Ia mengajarkan banyak hal kepada Tania—juga Dede. Dan perasaan bernama cinta adalah hal penting yang diajarkan Danar. Danar sangat senang membacakan dongeng untuk anak-anak di sekitar kontrakannya, hobi yang kelak diteruskan kepada Dede.
Mengapa Danar muncul menjadi malaikat dalam
keluarga Tania ? tak ada yang kebetulan di dunia ini, semua sudah diatur
angin, hidup terbang mengikuti arah angin. Danar juga yatim piatu sejak
kecil, hidup dijalanan, berjuang sendirian menggapai kehidupan yang
lebih baik. Danar merasa menemukan sosok Ibu yang hilang pada Ibu Tania,
mendapatkan kembali keluarganya yang hilang, sehingga Danar menganggap
Tania dan Dede sebagai adiknya sendiri.
Danar adalah pusat dunia Tania!
Danar adalah pusat dunia Tania!
Tanpa ia sadari, Tania mulai mencintai sang malaikat
penolong. Awalnya Tania kecil tidak mengerti perasaannya, namun seiring
waktu ia mengenal perasaan itu. Cinta gadis kecil kepada sang malaikat
penolong yang bukan merupakan cinta seorang adik kepada kakaknya atau anak
kepada ayahnya, namun cinta seorang perempuan terhadap laki-laki. Namun Tania
berpikir, ia tak mungkin dan tak pantas untuk mencintai sang malaikat. Sebagai
bentuk cintanya, Tania melakukan apapun yang di minta sang malaikat, meniru
segala sikap laki-laki itu sampai hal-hal terkecil. Tania belajar begitu keras,
demi membuktikan kepada sang malaikat bahwa ia bisa membuatnya bangga.
Dan hasilnya luar biasa....Tania mendapatkan beasiswa ke luar
negeri....coba bayangkan.....seorang anak jalanan yang dulu putus sekolah,
hidup di rumah kardus bersama ibunya, kini bisa sekolah ke luar negeri, naik
pesawat untuk pertama kalinya:) tak pernah Tania bermimpi sejauh ini, ia tak
pernah ingin pergi jauh dari sang malaikat, tapi laki-laki itu meyakinkannya
bahwa semua ini demi masa depannya, dan kembali seperti biasa, Tania selalu
menuruti apapun yang dikatakan laki-laki itu.
"Aku belajar banyak darinya.
Membuat energi kesedihan itu menjadi sesuatu yang berguna. Hidup harus
terus berlanjut, dalam bentuk apapun".
Tania selalu cemburu kepada Ratna, kekasih Danar
yang ia anggap telah merebut tempatnya di hati Danar, merebut tempat duduknya
disamping Danar, merebut tempatnya bergandengan tangan. Namun sebenarnya Danar
menyadari perasaan ini, selama ini pria itu mencintai Tania, gadis kecil yang
dulu berkepang dua. Bahkan dia membuat dua kalung yang identik untuk mereka
berdua. Tapi Danar merasa malu mengakui perasaannya, merasa tidak pantas
mencintai gadis yang dianggapnya jauh lebih kecil. Sementara Tania juga merasa
Danar adalah malaikat yang tak mungkin menerima cintanya. Waktu terus berjalan. Tania yang cerdas berhasil menyelesaikan beasiswa untuk sekolah di Singapura. Bertahun-tahun terpisah, nyatanya tak membuat perasaan Tania kepada Danar menghilang begitu saja. Malah seiring berjalannya waktu, perasaan itu semakin membesar. Tania yang tumbuh menajdi seorang gadis cantik dan dia pun merasa pantas untuk mendampingi Danar. Baginya rentang usia 14 tahun bukanlah masalah.
"Tapi aku ingin
dia tahu apa yang aku pikirkan. Apa yang aku rasakan. Aku berhak
menyampaikan semua perasaan ini. Tapi dia juga berhak untuk tidak
mendengar apa yang akan kusampaikan."
Namun Tania sangat kecewa ketika mengetahui akhirnya Danar tetap memilih untuk menikah dengan Ratna. Hingga memutuskan tak akan pernah kembali ke Indonesia karena tak ingin lagi bertemu lagi dengan Danar. Namun kekecewaannya semakin besar manakala mendapat email dari Ratna, dan menceritakan tentang keretakan dalam rumahtangganya bersama Danar. Tania merasakan firasat yang buruk, hingga kembali ke Indonesia untuk mengetahui misteri yang terjadi. Tania menemukan Danar telah membeli tanah tempat dulu rumah kardusnya berdiri, dan termenung di bawah pohon Bila yang berdiri di tanah itu sejak lama. Danar gelisah dengan perasaanya sendiri terhadap Tania, namun semua sudah terlambat.
Tak ada yang perlu disesali. Tak ada yang perlu
ditakuti. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin
merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.
Kau membunuh setiap pucuk perasaan itu. Tumbuh satu langsung kaupangkas. Bersemai satu langsung kauinjak. Menyeruak satu langsung kau cabut tanpa ampun. Kau tak pernah memberikan kesempatan.
Cinta tak harus memiliki. Tak ada yang sempurna dalam kehidupan ini. Dia memang anat sempurna. Tabiatnya, kebaikannya, semuanya. Tetapi dia tidak sempurna. Hanya cinta yang sempurna.
Kau membunuh setiap pucuk perasaan itu. Tumbuh satu langsung kaupangkas. Bersemai satu langsung kauinjak. Menyeruak satu langsung kau cabut tanpa ampun. Kau tak pernah memberikan kesempatan.
Cinta tak harus memiliki. Tak ada yang sempurna dalam kehidupan ini. Dia memang anat sempurna. Tabiatnya, kebaikannya, semuanya. Tetapi dia tidak sempurna. Hanya cinta yang sempurna.
Rumitnya hubungan mereka, bagaimana Danar mendiamkan
pernyataan cinta Tania, bagaimana Tania pergi dan memutuskan untuk tidak
kembali ke kota kelahiran mereka, sangat menyakitkan perasaan saya, seolah-olah
saya adalah Tania ;)
“Bahwa
hidup harus menerima… penerimaan yang indah Bahwa hidup harus mengerti…
pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami… pemahaman yang tulus. Tak
peduli dari mana penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang, Tak masalah
mesti lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Karena tak ada yang perlu
disesali. Tak ada yang perlu ditakuti. Karena daun yang jatuh tak pernah membenci angin.”
Tere-Liye berhasil membuat saya terhanyut dalam cerita Tania. Mengajarkan kenyataan bahwa tidak pantas menyalahkan lingkungan—dan Tuhan—atas segala kejadian yang menimpa kita. Juga mengajarkan bahwa memang beginilah adanya hidup, bahwa tidak selamanya kita akan berada dalam penderitaan.
Berhenti sejenak. Menatap sekitar. Itu selalu memberikan kita inspirasi
"Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan."
Kebaikan itu seperti pesawat terbang. Kebaikan merambat tanpa mengenal batas. Bagai garputala yang beresonansi, kebaikan menyebar dengan cepat.
Tere-Liye berhasil membuat saya terhanyut dalam cerita Tania. Mengajarkan kenyataan bahwa tidak pantas menyalahkan lingkungan—dan Tuhan—atas segala kejadian yang menimpa kita. Juga mengajarkan bahwa memang beginilah adanya hidup, bahwa tidak selamanya kita akan berada dalam penderitaan.
Berhenti sejenak. Menatap sekitar. Itu selalu memberikan kita inspirasi
"Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan."
Kebaikan itu seperti pesawat terbang. Kebaikan merambat tanpa mengenal batas. Bagai garputala yang beresonansi, kebaikan menyebar dengan cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar