Rabu, Maret 14, 2012

OEI HUI LAN

Judul Buku : Kisah Tragis Oei Hui Lan Putri Orang Terkaya Indonesia Asal Semarang
Penulis : Agnes Davonar
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 320 Halaman
Tahun Terbit: 2010

Kisah ini adalah cerita tentang kisah hidup Oei Hui Lan yang lahir di semarang, 21 Desember 1889, begitu kaya dan memiliki segalanya. Tidak ada permintaan yang tidak dipenuhi oleh ayahnya, Oei Tiong Ham sang raja gula asia tenggara. Oei Hui Lan bisa dibilang hidup dengan membeli semua kesenangannya. Tapi uang yang bisa memberikan dia tawa, emas dan berlian serta rumah yang mewah ternyata tidak bisa membeli kebahagian yang ia inginkan.

Kekayaan ayahnya berawal saat seorang mantan konsul jerman yang ingin membeli rumah kakeknya, tapi melalui ayahnya oei tiong ham, mantan konsul berkata "Saya akan memberi anda sejumlah uang yang bisa anda tanamkan sekehendak hati, kalau uang itu amblas, saya tidak akan mengeluh. Kalau berkembang sampai sepuluh kali lipat atau lebih, berikanlah rumah dan tanah itu untuk saya pergunakan seumur hidup" dan akhirnya uang tersebut digunakan untuk membeli lahan luas untuk ditanami tebu.

Ayahnya selalu berkata "jangan mau jadi orang biasa-biasa saja. Kita mesti menjadi orang nomor satu"

walaupun sampai kini kekayaan Oei Hui lan masih tersisa di dunia.  ayah oei hui lan bernama Oei tiong ham yang lebih dikenal sebagai raja gula asia tenggara.  banyak sejarah yang ingin disampaikan dalam buku ini.  Termasuk pandangan Hui Lan terhadap Soekarno dan terhadap pemimpin-pempimpin dunia yang ia temui.


Oei Hui Lan menjadi inspirasi bagi semua wanita Asia tentang sebuah kemajuan dalam berpikir bahwa wanita Asia dapat disejajarkan dengan wanita Eropa. Kartini modern di masanya ini begitu dihormati, menikah dengan seorang Perdana Menteri Republik China yaitu Wellington Koo, sehingga Hui Lan dikenal dengan sebutan Madame Wellington.

Ia memilikinya segalanya dalam hidup. suami yang terhormat, ayah yang kaya raya dan anak-anak yang begitu lucu. kehormatan dan kekayaaan tiada batas, tapi satu hal yang tidak pernah ia bisa miliki. kebahagian dan kedamaian.

'Kami seharusnya menjadi orang bahagia karena memiliki semua yang kami kehendaki, tapi itu menjadi sebaliknya. Harta yang berlimpah tidak dapat memberikan kebahagiaan yang seharusnya kami dapat'

Hidup sang ayah juga berakhir tragis. ayahnya meninggal karena serangan jantung dan meninggalkan harta yang tak ternilai. Oei Hui Lan menduga kematian ayahnya dibunuh oleh gundik ayahnya yang berambisi menguasai harta ayahnya. Warisan yang berlimpah tak terhingga menjadi konflik tak pernah berhenti hingga detik ini bahkan hingga generasi keluarganya masih hidup di masa kini.

Selama hidupnya Oei Tiong Ham memiliki 8 orang istri dengan 42 orang anak. Hal inilah yang menyebabkan ibu Oei Hui Lan 'melarikan diri' dari kemelut rumah tangganya dengan menghabiskan uang suaminya dengan seenaknya. Kebiasaan yangh kemudian diikuti Oei Hui Lan dan kakaknya 0ei Tjong Lan. Ibunya sangat terobsesi untuk menjadikan Hui Lan wanita terpandang, membekali Hui Lan dengan gaun mewah dan perhiasan mahal setiap menghadiri pesta, acara socialita eropa serta berteman dengan keluarga kerajaan.

"Seperti kata ibu, kita harus puas dengan yang kita miliki...."

Tapi semua itu tetap membuat Hui Lan merasa tidak puas. Ia selalu mencoba mencari cara untuk membahagiakan dirinya, tapi tidak pernah menemukannya.

uang memang bisa mengubah apapun. sahabat menjadi lawan, saudara menjadi penjahat. lebih buruk lagi membuat suaminya malah menikah dengan wanita lain. Hui Lan menjalani kehidupan pernikahan tanpa cinta. Suaminya tidak pernah memberi uang yang cukup seperti ayahnya. Wellington Koo adalah tokoh revolusi RRC yang menjabat sebagai Dubes di AS. Sang suami lebih mencintai negaranya daripada dia dan 3 putranya.

itulah yang terjadi dalam hidup Hui lan,  berbagai kisah yang ia tuturkan begitu banyak yang perlu kita simpan sebagai bagian dari sejarah kehidupan kita untuk bercermin dan berkata
"tidak ada pesta yang abadi selamanya"

Di usianya yang mulai tua, Hui Lan merasa kesepian dan memilih tinggal di apartemen seorang diri. Hui Lan meninggal di New York tahun 1992.

Pelajaran hidup yang dipetik Hui Lan di akhir hidupnya patut kita jadikan pembelajaran. Jangan pernah mengagungkan sesuatu yang sifatnya sementara seperti harta. Akan lebih baik mengumpulkan hal yang bersifat abadi seperti kebahagiaan dan cinta, karena hal itulah yang akan menguatkan kita saat dalanm keadaan paling terpuruk sekalipun.
"Sebuah kisah sejarah yang mengajarkan kita betapa hidup bukanlah harta yang kita miliki, namun kasih sayang dan kebahagiaan adalah harta yang paling sempurna bagi hidup kita."

Tidak ada komentar: