Produser : Eugene Panji
Sutradara : Eugene Panji
Penulis : Satriono
Pemeran : M.
Syihab Imam Muttaqin, Rizqullah Maulana Dafa, Iqbal Zuhda Irsyad, Dewi
Wulandari Cahyaningrum, Agus Kuncoro, Donny Alamsyah, Nina Tamam, Iwuk
Tamam, Luh Monika Sokananta
Durasi : 82 minutes
A STORY ABOUT DREAM
Film ini BAGUS SEKALI untuk ditonton....KEREN.....dan WAJIB di tonton !!
baru kali ini, setelah Laskar Pelangi, saya sampai menangis terisak - isak... sangat menyentuh hati.
Film ini mengingatkan akan masa kecil saya, ketika saya harus menabung dalam celengan bambu, menahan hasrat untuk jajan karena uang jajan yg sangat pas pasan, menabung dalam celengan bambu adalah hal yang sangat sulit saya lakukan saat saya masih kecil. Mungkin itulah sebabnya setelah bekerja dan punya uang sendiri, saya jadi konsumtif ;)
Dikisahkan 4 sahabat anak SD yang ditugaskan gurunya
untuk menuliskan citacitanya. Sebelumnya ibu guru menanyakan
masing-masing anak. Agus (M. Syihab Imam Muttaqin), merupakan seorang pelajar
sekolah dasar dari daerah Muntilan, Jawa Tengah, memiliki
cita-cita yang sangat sederhana, hanya ingin makan di restoran Padang. Sementara tiga sahabatnya, Jono (Rizqullah
Maulana Dafa) ingin menjadi seorang tentara, Puji (Iqbal Zuhda Irsyad) berharap ingin menjadi
seseorang yang dapat membahagiakan orang lain dan Sri (Dewi Wulandari
Cahyaningrum) bermimpi menjadi
seorang bintang sinetron. Ibu guru pun kembali bertanya untuk
memastikan supaya Agus tidak keliru. "Iya, benar kok! Cita-cita saya
adalah ingin makan di restoran Padang!" Agus tak bergeming.
Heran ? saya juga :) cita-cita yang jelas kemudian dianggap remeh
oleh teman-temannya, padahal Agus punya alasan sendiri dan sangat realistis, karena Ibunya sangat pandai masak tahu bacem, saking pinternya, tiap hari pagi siang dan malam, sejak Agus kecil sampai SD, masaknya ya cuma tahu bacem :) tentu saja Agus bosan. Kebetulan juga
bapaknya kerja di pabrik tahu.
Tidak mendapat dukungan dari orang tuanya hampir saja Agus putus asa, sampai untuk menuliskan cita-citanya pada selembar kertas mengalami kebuntuan.
Bagi
Agus, makan di sebuah restoran Padang adalah sebuah kemewahan yang
menuntutnya harus berusaha terlebih dahulu sebelum dapat mewujudkannya.
Dan ketika teman-temannya hanya dapat terus berharap suatu saat
cita-cita mereka dapat tercapai, Agus telah memulai mewujudkan mimpinya. Sesuai petuah Mbah Tapak : cita-cita bukan untuk di tulis, tapi untuk diwujudkan. Karena itu Agus menunda menulis cita-citanya untuk mulai mewujudkan cita-citanya, dengan menabung pada celengan bambu. celengan bambu inipun ia buat sendiri bersama
temannya Puji. Agus tidak mau membeli layangan ataupun jajan demi menabung untuk beli nasi padang. Koin demi koin terkumpul. Suatu saat kegiatan menabungnya
terhenti karena oleh ibunya Agus tidak diberi uang jajan lagi, sebagai
gantinya ia dibawakan bekal dari rumah. Tidak mendapat uang jajan tidak
membuat Agus menyerah ada cara lain yaitu tanpa sepengtahuan orang
tuanya, ia berjualan keong. Suatu saat secara kebetulan Ayahnya memintanya mengantar Tahu ke rumah saudagar Ayam, Agus diminta
mengantarkan ayam ke restoran Padang, tempat yang diidamkannya itu.
Rupiah demi rupiah terkumpul, serasa cukup ia pecahkan celengan bambu
dan hasil yang terkumpul ditaruhnya di kantung plastik. Jumlahnya lumayan cukup
untuk memujudkan cita-citanya itu. Agus meminta bantuan Sri untuk membeli bahan bahan membuat topi raja dari kertas, lengkap dengan manik-maniknya :)
Agus Suryowidodo anak penurut, tidak pernah mengeluh dan berpikir jauh kedepan. Untuk biaya tambal ban saja tidak mau minta orang tua, malah ngambil dari celengannya. Suatu pagi, Ibunya membangunkannya untuk menimba air di sumur. Agus membawa kantong uangnya. Namun akibat kecerobohannya sendiri
kantung plastik itu jatuh ke sumur, uang yang di kumpulkan dengan susah
payah hilang begitu saja dan membuatnya sedih (saya juga sedih hiks). Sekali lagi mbah
Tapak mampu menghibur hatinya dan mengatakan: Nasib
seseorang, orang itu sendiri yang menetukan, cobaan pasti ada, tapi
rejeki juga selalu mengikuti, yang penting usahanya, tidak ada cita-cita
yang mudah. Rejeki tidak pernah pergi, cuma menunggu waktu yang tepat untuk kembali.
Agus yang pendiam tidak pernah mengutarakan cita-citanya pada siapapun. Tidak
lama rejeki itu kembali. Neneknya tanpa sengaja menemukan pecahan celengan Agus di Sumur. Ketika akan kembali ke kampung halaman, neneknya memberikan uang saku dalam jumlah yang banyak, dan menasihati Agus bahwa Yang penting bukan seberapa besar atau tinggi cita-citanya, tapi seberapa besar usaha untuk mencapai cita-citanya. Akhirnya wajahnya
ceria kembali, cita-citanya akan segera terwujud. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari film ini, bahwa tidaklah penting seberapa besar atau tingginya cita-cita itu yang penting adalah mewujudkannya. Dalam mencapai cita-cita tentu ada tantangan dan hambatan yang kita harus mampu mengatasinya dengan tetap tegar dan sabar.
Buat apa jadi raja kalo tdk punya teman. Cita-cita bukan untuk dinikmati sendirian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar